Rabu, 18 Juni 2008

Kesucian diri dalam 'Dzat Ilahi'.

"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi".
"yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya)."
"dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk."
"dan yang menumbuhkan rumput-rumputan,"
"lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman".

Sabbihisma rabika al-a'laa (Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi). Yang dimaksud dengan nama-Nya Yang Paling Tinggi dan Agung adalah Dzat berikut seluruh sifat-Nya. Dengan demikian, ayat ini berarti : Sucikanlah dzat dirimu dengan membebaskan diri dari segala sesuatu selain Al-Haqq. Dan putuskanlah pandanganmu dari segala sesuatu slain-Nya, agar dzat dirimu mendapatkan seluruh kesempurnaan haqqaani. Penyucian seperti itulah yang menjadi tasbih khas dzat dirimu di dalam maqom fana. Sebab, kesiapan penuh (ruhani dirimu) untuk menerima seluruh "sifat ilahi", bagaimanapun juga belum sepenuhnya mencapai "kesempurnaan Ilahi". Karena itu, (jika kamu telah benar-benar menyucikan diri dengan meleburkan diri [fana] di dalam 'Dzat-Nya', sesempurna mungkin, maka dzat dirimupun akan juga merupakan Nama-Nya Yang Paling Tinggi. Dalam bahasa yang lebih sederhana : Sucikanlah Nama Tuhanmu Yang Paling Tinggi. Jika dzat dirimu telah benar-benar menyucikan Nama Yang Paling Tinggi, yang tak lain adalah Dzat berikut seluruh sifat-sifat-Nya, maka dzat dirimu pun akan ikut tersucikan didalam 'Dzat-Nya'. Dalam "keadaan" seperti itulah dirimu baru mencapai kesempurnaan paripurna. Dalam bahasa keseharian, mungkin gampangnya kalimat panjang tersebut bisa disederhanaklan : sucikanlah Tuhanmu begitu rupa sehingga dirimu benar-benar bisa mencerminkan (kehendak) Tuhan.

"Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya).Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan,lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman." Jelasnya, Yang menciptakan lahirmu dan menyempurnakan "kedirianmu" itu dengan unsur-unsur alami tubuhmu yang khas (al-mizaaj al-khaas), begitu rupa sehingga dirimu bisa menerima ruh yang paling sempurna dan siap menerima seluruh kesempurnaan. "Dan yang menentukan kadar" kesempurnaan potensial yang paripurna dalam dirimu, "Dan Dia memberi petunjuk " untuk mengaktualisasikannya dengan cara menyucikan diri. "Dan Yan gmenumbuhkan rumput-rumputan [al-mar'a]. Yang dimaksud rumput-rumputan adalah berbagai perhiasan dunia, harta kekayaan serta makanan dan minuman. Semua itu disebut rumput-rumputan karena merupakan "rumput-rumputan" bagi nafsu hewani; atau itu semua adalah "tempat gembalaan" jiwa-jiwa binatang. "Lalu dijadikan-Nya 'rumput-rumputan' itu kering kehitam-hitaman". Tegasnya, "rumput-rumputan" itu cepat lenyap dan sirnanya, layaknya rumput kering kehitam-hitaman yang tak berguna. Karena itu janganlah kamu berpaling kepadanya, sibuk dengannya hingga mencegahmu untuk bertasbih dengan dirimu dengan segala sesuatu selain Allah. Sebab, jika kamu sampai berpaling kepadanya, maka kamu akan terhijab olehnya sehingga kamu tak bisa ke-sempurnaan dirimu kenikmatan dunia itu, sehingga tidak bisa mewujudkan kesempurnaan yang secara potensial telah ditentukan dalam dirimu. janganlah matamu berpaling kepada berbagai kenikmatan duniawi itu hingga meninggalkan-Nya, sebab sesungguhnya kenikmatan dunia itu akan sirna, sementara yang kekal hanyalah Dia. Wallahu a'lam.

(disaring dari tafsir juz amma Ibn 'Arabi)

Senin, 02 Juni 2008

Mengarah Gugusan Bintang...


Rosulululloh saw. suatu ketika berkata : " Ashabiina kamatsalin nujuum, famanihtadaa bisyaiin minha, Ahtadaa..."yang artinya kurang lebih para sahabatku ibarat bintang, barang siapa mencari petunjuk dari salah satu diantara mereka niscaya akan mendapatkannya (petunjuk).
Sudah menjadi tradisi sejak Firaun masih ingusan kalo rasi bintang dijadikan patokan untuk mengenali arah diantara gelap dan luasnya perjalanan, di darat maupun di lautan. Ya, bintang dengan gugusannya yang membentuk sutu pola tertentu dengan orbit yang bisa diperkirakan dan dihitung tempat kedudukannya memang cara termudah dan teringkas sebagai pemandu arah. Bintang tidak berbicara. Dia tidak juga menerangi dengan cahaya yang berlimpah. Namun ia telah cukup untuk menunjukan kita dan menyelamatkan dari kesesatan.
Para sahabat pun begitu. Mereka telah tiada. Hanya kisahnya yang harum kini masih terbawa. Mereka tak lagi bicara, tidak juga berkarya menebar rahmat. Namun keberadaan mereka mengantarkan kita akan keindahan karunia Alloh. Islam yang Rahmatan lil'alamin. Juga menambah kerinduan kita kepada Baginda Rosul tercinta. Mereka bukan kerabat. Bukan sanak famili. Namun mereka adalah pembela dan teman setia. Dijawabnya seruan Alloh ketika semua manusia terbuai keliaran jahiliah. Dijaganya kekasih Alloh meski tanpa harta dan kawan pembela. Merekalah sebaik-baik generasi yang Alloh turunkan di muka bumi. Mereka tumbuh dalam naungan cahaya kebenaran. Hidup bersama guyuran wahyu yang mulia.

Mereka tidak banyak bicara namun penuh karya nyata. Kesederhanaan, kezuhudan, kedermawanan, kesetiaan, kepedulian, pengorbanan, dan kasih sayang mereka membuktikan eksistensi dan kecemerlangan mereka. Seperti itulah para sahabat sebagai gugusan bintang. menunjukan jalan dengan gugusan yang indah dan megah. Tanpa banyak bicara dan mengumbar janji. Kemenangan yang gilang gemilang telah cukup menjadi bukti. Merekalah teladan terbaik bagaimana seharusnya mengikuti dan menaati Rosululloh. Bila kita hendak beriktibar dengan salah satu diantaranya niscaya kita menemukan kebenaran. Apalagi kalo beberapa apalagi kalau banyak, apalagi kalau semua.........



Seperti saat melihat
"biduk" kita sadar arah utara sebagaimana kita mengingat abu bakar dengan kesederhanaan dan ketulusannya. "Gubuk penceng" yang mengarah selatan seakan mengingatkan ketegasan dan tegaknya ilmu seorang Al Faruq ibnu Qottob. Sedangkan Orion yang anggun mengingatkan kecerdasan, kecemerlangan dan keberanian Ali Al Muhtadi. Begitu seterusnya hingga langit indah dan megah bertabur bintang-bintang kemuliaan. Saat kita resah dan kebingungan, kita tinggal memilih dengan bintang mana kita hendak kembali....... Semuanya indah dan cemerlang.

Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. (Al An’aam:97, Al Quran)


Kini dicari sahabat-sahabat sejati........ Walau bukan sanak famili. .......
Bukan dzuriat dan ahli. ............
namun rela bangun dalam gelap zaman. Tegak menjadi contoh. Meski tak lagi sezaman dengan nabi namun sama rindunya dengan para sahabat untuk senantiasa bersua sehati seirama. Sama ghirohnya dalam menegakkan sunnah. Mereka tidak terikat penampilan, namun shiroh melekat kuat di kepribadiannya. Mereka tidak terpaku pada janggut dan surban, namun anggun dengan karya dan amal mulia. Wajah-wajah merea tampak biasa bahkan seakan hina namun hatinya kukuh dalam semangat tak kunjung surut. Mereka bukan hanya sahabat, mereka telah didaulat nabi sebagai "ikhwan". Generasi terbaik sepanjang zaman. Penegak janji Alloh di akhir jaman. Insya Alloh. Dimanakah mereka kini.......?

Mari bangun ditengah malam, diantara gelap dan dingin,agar nampak gugusan bintang. Indah dan memanjakan pandangan. Jangan hanya memandang, jadilah bintang-bintang baru. Bintang di langit perjuangan.


Langit adalah kitab yang membentang (Weh, Edensor)


Selamat menikmati keindahan malam.........


(malam minggu, eh malem ahad, kaka)


Rabu, 14 Mei 2008

PERUMPAMAAN DUNIA

Terdapat perumpamaan dalam hadits qudsi sebagai berikut :

Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah mewahyukan kepada Daud as. dengan firman-Nya: "Wahai Daud, perumpamaan dunia yaitu laksana bangkai di mana anjing-anjing berkumpul mengelilinginya, menyeretnya kian kemari. Apakah engkau senang menjadi seekor anjing, lalu ikut bersama mereka menyeret bangaki itu kian kemari? Wahai Daud ! Berlemah-lembutlah dalam pembicaraan dan berlaku sederhanalah dalam berpakaian. Kemasyhuran namamu di antara khalayak ramai tidak akan identik selama-lamanya (dengan yang diperoleh) di akhirat.

(Hadits Qudsi Riwayat Al-Madani di dalam kitabnya)

Daud yang dimaksudkan dalam hadits di atas ialah Nabi dan Rosululloh, bapak Nabi Sulaiman a.s. yang bersambung keturunannya sampai kepada Nabi Ibrahim al-Khalil a.s.

Beliau termasuk orang yang paling banyak beribadat dan bertaqarrub kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Karena itu Rosululloh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri pernah menyebut-nyebut nama Nabi Daud dalam sabda-sbada beliau :

"Dialah manusia yang paling banyak beribadat."

Dan telah bersabda Rosululloh Shallahu 'Alaihi wa Sallam:

"Shaum yang paling disukai Alloh ialah shaum Daud dan sholat yang paling disukai Alloh ialah sholat Daud. Ia tidur setengah malam, lalu bangun (melakukan sholat malam) selama sepertiganya, kemudian tidur lagi sepeernamnya. Ia shaum satu hari dan berbuka stu hari (demikianlah dilakukannya sepanjang tahun) dan ia tidak pernah mundur setapak pun apabila bertemu dengan (musuhnya)."

(HR. Syaikhani)



"Shaumlah seperti shaumnya Daud, sesungguhnya ia orang yang paling banyak beribadah."

(HR. Syaikhani)

"Daud pernah shaum setengah tahun."

(HR. Syaikhani)

Sebagian do'a Daud ialah :

" Ya Alloh sesungguhnya aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan beramal dengan amal yang dapat menyampaikanku untuk cinta pada-MU. Ya Alloh jadikanlah kecintaanku kepada-Mu melebihi kecintaanku kepada diriku, kepada ahliku (isteri dan anak) dan kepada air yang dingin (di saat panas terik di padang pasir).



Di dalam al-Qur'an, Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam beberapa ayat tentang Daud :

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman) : "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang kali bersama Daud." Dan pula Kami telah melunakkan besi untuknya.

(QS. 34 Saba ' : 10)



"Hai Daud ! Sesungguhnya Kami menjadikan kamu kholifah (penguasa) di muka bumi. Berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan haq.

(QS. 38 Shad : 26)



Dan Kami telah memberikan kepada Daud (kitab) Zabur.

(QS. 17 al-Isra : 55)

Nabi Daud a.s. ketika hidup dalam usia seratus tahun masih segar-bugar, kuat beribadah, berjuang dan beramal. Perhatikanlah sabda Rosululloh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :

"Tidak seorang pun makan makanan yang paling baik dari hasil usaha tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud makan makanan hasil usaha tangannya sendiri.

Lebih dari itu beliau mempunyai suara emas yang merdu bak buluh perindu. Ketika Rosululloh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendengar qira'at sahabatnya, Abu Musa al-Asy'ari, pada suatu tengah malam, beliau merasa kagum, dan ketika bertemu dengannya, spontan beliau bersabda :



"Benar-benar engkau telah diberi suara seruling dari seruling Nabi Daud."

Alloh Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan kepada Nabi Daud a.s. dengan perantara malaikat Jibril a.s. mengenai dunia. Dunia penuh dengan syahwat hawa nafsu rendah dan kesedapan yang menjijikkan. Betapa hinanya yang menyalah gunakan dunia atau menyimpang dari garis yang telah ditentukan. Bagaikan anjing yang mengerumuni bangakai busuk dan berebutan menariknya kian kemari.

Nabi Daud diperingatkan Alloh Subhanahu wa Ta'ala agar jangan berbuat seperti anjing atau menjadi anjing yang ikut bersama-sama anjing lainnya memperebutkan bangakai busuk yang sangat jijik itu. Dunia yang dilukiskan menjijikkan itu berada dekat dengan diri kita di alam fana ini, selalu mengganggu kita dan mendorong untuk menguasai dengan cara yang tidak ada buah dan hasilnya di akhirat. Dunia seperti itu mendorong kita untuk bersenang-senang dengan berbagai maksiat, teramsuk juga berfoya-foya atau bermewah-mewah yang berlebih-lebihan.

Lawan dari dunia menjijikkan itu ialah kehidupan yang memberika haisl dan buah di akhirat. Hasil ini diperoaleh melalui jalan yyg telah ditetapkan Alloh Subhanahu wa Ta'ala halal dimakan, halal digunakan dan halal pula diperolehnya. Inilah dunia baik yang tidak dimaksudkan dalam Hadits qudsi di atas.

Mengenai dunia yang fana ini dalam al-Qur'an Alloh Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

" Dan berilah perumpamaan kepada mereka, kehidupan dunia bagai air hujan yang Kami turunkan dari lanit. Sehingga karenanya menjadi subur tumbuh-tumbuhan di muka bumi kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering diterbangkan angin. Dan Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(QS. 18 al-Kahfi:45)



"Sesungguhnya perumpaman kehidupan duniawi seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit. Karena air itu tumbuhlah dengan suburnya tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan berhias diri dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti dapat menguasainya (dapat memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,seakan-akan belumpernah tumbuh sejak kemaren. Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat (kami) kepada orang-orang yang suka berfikir

(QS. 10 Yunus :24)

Jelaslah menurut ayat di atas bahwa dunia ini dan kehidupannya adalah sementara saja, subur menggiurkan tetapi setelah sampai batas waktunya, dunia ini sirna fana.

Alloh Subhanahu wa Ta'ala memberikan bimbingan dan petunjuk kepada nabi Daud a.s. untuk melaksanakan akhlaq yang terpuji.

1. Mengucapkan kata-kata yang lemah lembut, manis, tenang dan memberi manfaat kepada manusia dapat membangkitkan rasa kasih sayang dan kemanusiaan yang tinggi, jangan kasar, sembrono atau sombong. Kalimat yang baik itu bagaikan pohon yang subur, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, dan buahnya subur setiap musim.

Rosululloh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri bersabda mengenai kata-kata yang baik:

"Jagalah dirimu dari api neraka, meskipun hanya dengan seiris kurma. Apabila seiris kurma itu pun tidak dimilikinya, hendaklah berbicara dengan baik."

Seorang laki-laki berkata kepada Rosululloh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :

"Ceritakanlah kepadaku sesuatau yang memastikan aku masuk surga". Lalu Nabi saw. menerangkannya:"Yang memastikan masuk surga ialah : memberiakn makanan, menyebarkan salam dan berbicara dengan baik."

Menurut riwayat lain:

"Berilah makanan, sebarkanlah salam, berbicara dengan baik, lakukanlah sholat malam di saat orang-orang sedang tidur nyenyak, niscaya engaku dapat masuk surga dengan sejahtera."



Berlaku sederhana dalam hal berpakaian, tidak perlu pakaian yang mahal-mahal, yang mewah-mewah, yang terlalu indah kelihatannya, tidak perlu juga banyak-banyak (melebihi kadar keperluannya).

Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu. pernah ditanya : "Apakah pakaian yang baik untuk dipakai ?' Beliau menerangkan : "Yaitu pakaian yang kiranya tidak dicemoohkan oleh orang yang budi pekertinya rendah dan tidak pula kiranya dicela oleh orang-orang yang bijaksana". Orang itu bertanya lagi : "Jadi yang bagaimana?" Jawabnya: "Yaitu sedang saja, terlalu murah pun tidak terlalu mahal pun tidak".

Tsauban pernah bertanya kepada Rosululloh Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "Apakah yang memadai bagiku dalam kehidupan di dunia ini, ya Rosululloh?" Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab : "Sesuatu yang dapat menghilangkan rasa laparmu, menutup auratmu, mempunyai rumah tempat berteduh, dan memiliki kendaraan akan lebih baik lagi."

Tidak menyalah gunakan kehidupan dunia sehingga menyimpang dari garis yang telah ditetapkan. Prestasi yang dicapai di dunia tidak akan identik dengan pahala yang akan diperoleh dialam akhirat, apabila prestasi itu di salah gunakan dan tidak ikhlas karena Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Apabila seseorang memperoleh kemasyhuran dunia atas dasar riya, ingin disanjung, untuk bermegah-megah, maka kelak di akhirat tidak akan diperolehnya lagi, bahkan sebaliknya, siksa akan menimpa.

Alangkah baiknya apabila kita dapat memperoleh kedua-duanya baik prestasi di dunia ataupun di akhirat. Caranya, yaitu dengan bersungguh-sungguh berusaha memperolehnya dan menggunakannya dengan beramal shalaih, ikhlas dan penuh taqwa kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala.

Ya Robbana, jadikanlah kehidupan dunia kami bermanfaat bagi kami di saat menghadap kepada-Mu kelak di yaumil akhir.



Dinukil dari kitab hadits qudsi pola pembinaan akhlaq muslim ( K.H.M Ali Usman, H.A.A.Dahlan, Prof. DR. H.M.D. Dahlan)

MENGHILANGKAN DUNIA DARI HATI

Seorang santrinya Syekh Abdul Qodir Zaelani bertanya, "Bagaimanakah caranya aku menghilangkan kecintaan dunia dari hatiku wahai Syekh Abdul Qodir? Maka belia As-Syekh Abdul Qodir menjawab, "Perhatikanlah olehmu akan kegoncangan-kegoncangan orang-orang yang memiliki banyak harta mengapa kamu terpedaya kepada dunia, menuhankan harta, kemudian mendaki dari satu tingkat ke tingkat yang lain kau menginginkan kedudukanmu menjadi terpandang di mata manusia dan berongkang-ongkang di hadapan para manusia untuk memperlihatkan harta dan kekayaan dan keajaiban-keajaibannya, padahal pada suatu ketika mereka bergelanyut atas kedudukannya, apabila mereka sudah tertutup, terpendam, dan terlempar dari belenggu ketinggian derajat di atas tempat-tempat fital mereka, maka menyebabkan kehancuran, kegoncangan dan keterputusaan mereka, sedang belenggu itu berhenti sambil menertawakan dan iblis berada di sisinya sambil tertawa terbahak-bahak, mengejeknya.

Begitulah sikap dan tingkah laku sebagian besar pemimpin dan orang-orang kaya sejak zaman Nabi Adam a.s. sampai hari kiamat tiba. Dengan demikian mereka itu diangkat kemudian dijatuhkan, didahulukan lalu kemudian ditarik jauh ke belekang, dikayakan kemudian dimiskinkan, didekatkan lalu dijauhkan.

Wahai orang yang bertanya, kalau kamu memandang sesuatu dengan mata hatimu sampai batas keburukan dunia, tentu kamu akan mampu mengeluarkan keduniaan dari hati. Tetapi apabila kamu memandang dunia, dengan mata kepalamu tentu kamu akan terpedaya dan tertipu oleh warna warni yang menghias keburukannya, akhirnya kamu pandang indah dan menyenangkan dunia itu, sudah barang tentu kamu tidak akan mampu mengusir rasa cinta dunia dari hatimu, padahal dunia itu membunuhmu seperti para pembunuh. Apabila kamu merasa tentram niscaya dirimu akan mampu melihat keburukan dunia dan kamu bisa menerapkan hidup zuhud, bersifat Qana'ah. Bila ketentraman jiwa telah tercipta baru kamu bisa bersandar pada hati dan ketenangannya.

Wahai orang beriman, jagalah keimanan dan kebenaranmu. Janganlah kamu membual dihadapan para 'Ulama. Jangan kamu kontra dengan beliau-beliau, karena beliau-beliau itu para penguasa di dunia dan di akhirat, mereka itu penguasa yang dekat sekali dengan Allah, maka beliau-beliau itu mampu menguasai keberadaan itu. Dalam arti bahwa para Ulama' itu bisa mengatur dunia ini sehingga beliau-beliau itu tidak terpedaya oleh tipu dayanya dunia, para ulama' itu sama mengetahui mana yang mendatangkan bahaya dan mana yang mendatangkan manfaat karena para ulama itu adalah orang-orang yang berilmu dan mau mengamalkan ilmunya, dan beliau-beliau itu selalu mendapatkan bimbingan Allah Azza Wa Jalla. Taatlah kamu terhadap seruan-seruan mereka karena mereka itu pewaris para Nabi dan pewaris Nabi Muhammad Saw.

Allah telah memberi kecukupan hati mereka, memenuhinya dengan taqarrub kepadaNya. Wahai hamba Allah, Allah Ta'ala adalah Maha Pelaksana atas segala hal yang dikehendaki. Dan ingatlah selalu bahwa : sifat-sifat orang munafiq itu apabila berbicara suka membual, berdusta, jika berjanji tidak ditepati, dan jika dipercaya selalu berkhianat. Barang siapa yang terlepas dari sifat-sifat ini maka sungguh dia itu terlepas dari sifat-sifatnya orang-orang munafiq.

Maka iniah perbedaan antara orang mukmin dengan orang munafiq.

Perhatikanlah perbedaan ini, pandanglah dengan mata hatimu, kemudian lihatlah apakah dirimu termasuk yang mukmin atau temasuk orang munafik, termasuk orang yang bertauhid atau termasuk orang musyrik.

Dunia ini berisi banyak fitnah, kecuali dunia yang diambil dengan niat yang baik, yang dipergunakan semata-mata untuk tujuan mengabdi kepadaNya, untuk menjalankan perintahNya. Seperti untuk membangun masjid, untuk bersedekah, untuk membantu fakir miskin, memberi makan anak-anak yatim dan lain-lain. Apabila dirimu telah berniat dalam pengembaraan di dunia maka jadikanlah akhirat sebagai ni'mat dalam hatimu dan rasa syukur ke hadirat Allah. Genggamlah ni'mat Allah dengan rasa syukur kepadaNya. Syukur kepada Allah Azza Wa Jalla adalah dengan mensyukuriNya. Adapun syukur kepada Allah itu ada dua macam:

Pertama : Minta tolong dengan ni'mat atas ketaatan serta menolong orang-orang fakir dengan keni'matan

Kedua : Mengakui pemberian nikmat dan mensyukuri kepada yang menurunkan ni'mat yaitu Allah SWT. Allah Azza WA Jalla telah memberikan berbagai macam ni'mat kepada ummat manusia, yang berupa hidayah dan berupa rizki. Nikmat Allah yang paling besar adalah nikmat yang berupa hidayah, yaitu petunjuk kepada kebenaran, ni'mat iman dan Islam. Karena dengan adanya berupa hidayah inilah manusia bisa mensyukuri atas semua ni'mat yang berupa rizki akan selalu disyukuri, dipergunakan guna menolong orang-orang fakir miskin, digunakan untuk berjuang di jalan Allah SWT. Sebaliknya kalau manusia menelantarkan ni'mat hidayah yang telah diberikan kepadanya maka ni'mat yang berupa rizki yang diberikan kepadanya itu sebagai siksa terhadap dirinya karena dengan adanya rizki itu bukan menambah taatnya kepada Allah, justru menambah jauhnya dari Allah. Nikmat hidayah adalah Islam, yang terdapat syariat di dalamnya, dan manusia telah memperoleh nikmat ini dan telah mengakuinya sejak masih dalam kandungan ibunya. Maka apabila ni'mat ini ditelantarkan dan tidak dibina dengan baik maka akan rusak ni'mat yang agung ini, dan akan menyebabkan rusaknya seluruh ni'mat yang diberikan kepadanya. Harta bendanya bukan untuk kebaikan, tetapi digunakan untuk mengerjakan perbuatan jahat dan ma'siat, kesehatannya tidak pernah disyukuri malah untuk berfoya-foya berkeliaran di muka bumi ini dengan berlumuran dosa. Umurnya bukan untuk mengabdi kepada Allah Azza Wa Jalla, malah dipergunakan untuk menentangnya. Semua ini disebabkan sirnanya iman dan hati, karena tidak dirawat dengan baik. Sebagian ulama' berkata: "Setiap perkara yang menyibukkan untuk Allah akan bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalau dirimu disibukkan oleh sesuatu yang tertuju kepadaNya maka kamu akan memperoleh keuntungan pula. Seperti : Sholat, puasa, haji dan semua perbuatan baik lainnya. Maka setiap perbuatan baik itu membawa keuntungan". Sebaliknya setiap perbuatan ma'siat, dusta, berbuat kekejian, ingkar janji, khianat, dan semua kema'siatan yang kamu lakakukan, semua itu akan mendatangkan kehancuran bagimu. Kamu berkata "Allah Maha Besar" sedang kamu berdusta hatimu tidak sejalan dengan lisanmu, perbuatanmu tidak sesuai dengan perkataanmu. Maka bertaubatlah kamu kepada Allah sepenuh hati. Apabila kamu mengucapkan LAA ILLAHAILLALLAH (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) maka janganlah kamu menuhankan makhluq, mintalah kepada Allah karena Allah dekat sekali kepadamu.

Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla amat dekat denganmu, bahkan lebih dekat daripada urat lehermu, maka mohonlah kepadaNya dengan merendahkan diri, dengan hati yang suci, mohonlah ampunanNya dari segala perbuatan dosa, maka Allah akan mengabulkannya.

Wahai orang yang berilmu, bila qona'ahmu terletak dalam nama tanpa disertai dengan amal, manalah mungkin akan bisa membawa manfaat bagi dirimu. Bila kamu mengatakan "Aku orang alim" sedang kamu tetap berdusta, maka mungkin ilmumu manfaat bagimu. Bagaimanakah kamu rela menelantarkan jiwamu sendiri, sedang orang lain kamu perintahkan berbuta baik.

Tidakkah kamu ingat akan kecaman Allah dalam Al-Qur'anul Karim?

"Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?." (QS. Ash:-Shaf :2).

Celakalah kamu! Kamu perintahkan manusia agar supaya berbuat baik tapi dirimu sendiri berdusta. Kamu perintah manusia untuk bertauhid kepada Allah tapi kamu sendiri musyrik. Kamu perintah manusia agar ikhlas ber'amal tapi kamu sendiri senang riya' dan munafik, kamu ingin selalu dipuji bila beramal. Kamu memerintahkan kepada orang lain agar meninggalkan ma'siat tetapi kamu sendiri gandrung mengerjakan kema'siatan. Benar-benar telah lenyap sifat malu dari matamu, walaupun kamu mengatakan iman, ternyata kamu tak punya rasa malu, maka dimana letak keimananmu itu. Tidakkah Rasulullah Saw. telah menjelaskan dalam sabdanya

"Malu itu adalah sebagian daripada iman."

Kalau kamu tak punya rasa malu, maka tiada iman bagimu, tiada yakin dan tiada amanat bagimu. Kamu sembunyikan ilmu maka amalanmu lenyap, bahkan kamu dicatat oleh Allah sebagai penghianat. Adapun obat mujarab bagi dirimu tiada lain adalah taqwa dan bertaubat kepada Allah SWT. Barang siapa yang imannya bersih, tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka selamatlah setiap urusannya.

Jangan kamu syirik kepada Allah, jangan kamu menyamakan benda itu dengan Allah, jika kamu bisa terbebas dari syirik itu. Niscaya semua tindakan yang kamu lakukan akan selamat dari bencana, selanjutnya akan bertambah keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Wahai hamba Allah, iman kepada Allah, iman kepada Rasulullah kedua adalah menjadi landasan permasalahan ini. Islam dan beriman lalu bertindak menurut Kitab Allah dan sunnah RasulNya, dengan ikhlas dalam beramal, yang dibarengi pula dengan tauhid qalbi adalah suatu konsep untuk mencapai Islam dan Iman sempurna. Orang beriman dengan mengerjakan amal saleh dengan ikhlas dalam beramal maka pelaksanaan amaliahnya itu lepas dari dunia, sehingga tak henti-hentinya ia berjuang melawan nafsu beserta segala keberadaan ini. Orang-orang seperti ini akan memperoleh petunjuk dari Allah Al-Haq kepada jalan-Nya.

Sebagaimana firman-Nya.

"Orang-orang yang berjuang untuk kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami".

(QS. Al-Mukminum : 69).

Oleh karena itu, jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal apapun, relakan ketentuan Allah yang mengolah dirimu dalam ketentuan-Nya, jika kamu ikut qadar niscaya teralih pada kekuasaanNya. Sangat berbahagia orang yang tidak bergeming dari ketentuan Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan ketentuan Allah, maju bersama ketentuan Allah, dan tidak kufur atas nikmat yang ditentukan Allah. Adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah : taqarrub kepadaNya dan bekerja bersama-Nya jika hati seorang hamba telah akrab dengan Tuhan, tentu ia merasa kaya dan tidak membutuhkan kepada makhluk, bahkan ia diperdekat, dan diberi penguasaan oleh Allah Azza Wa Jalla firmanNya:

"Sesungguhnya kamu hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kamu".

(QS. Yusuf : 54).

Pemberian kuasa dalam kerajaannya seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s. Maka urusan kerajaan berada di tangan Yusuf, sehingga hal itu mengangkut Yusuf sebagai orang terpercaya dan penguasa lubung negara.

Demikianlah gambaran hati jika telah bersih nampaklah perangai terpuji dan hatinya suci dari selain Allah. Sedangkan jujur untuk mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena menggunakan ilmu lahir saja tidak mungkin dapat mengubah kebathilan, bahkan dapat menyebabkan suatu kemalasan untuk tunduk kepada Allah Azza Wa Jalla, yang menyebabkan dirimu di uji dengan siksa.

Nabi Saw. Bersabda:

"Apabila seorang hamba malas dalam beramal, niscaya Allah Azza Wa Jalla mengujinya dengan rasa duka cita".

Siapa pun yang beramal, maka akan memperoleh cobaan dari Allah berupa duka cita, kegoncangan, dan kesusahan. Ujian itu mungkin berupa surutnya rezeki sehingga hatinya ragu dan susah, dan ujian duka cita itu menetap dalam hatinya, sehingga apapun yang dihadapinya itu selalu dihantui oleh perasaan susah dan goncang, hatinya tidak tenang, perasaannya selalu pesimis dan selalu dihantui perasaan kurang, kurang baik, kurang banyak, kurang cantik, kurang sempurna, dan perasaan goncang seperti itu karena malas beramal dan sedikitnya melakukan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla.

Allah Ta'ala berfirman:

"Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan beriman". (QS. An Nisa : 147).

Siapapun tidak diperbolehkan mengharapkan kepada Allah untuk mengubah ketentuanNya, karena ketentuan Allah terhadap hambaNya itu atas kehendak Allah dan hanya Allah yang mengetahuai rahasianya, maka dengan datangnya ketentuan dari Allah itu manusia harus menerimanya dengan lapang bersabar jika ketentuan itu dirasa kurang menyenangkan, dan bersyukur jika ketentuan itu menyenangkan.

Perhatian firman Allah:

"Dan tidak ditanya tentang apa yang diperbuatnya, dan merekalah yang akan ditanya". (QS. Al-Anbiya : 23).

Celaka, sampai kapan kamu mempersibuk dirimu dan sibuk mengurusi keluargamu, sampai lupa mengabdi kepada Allah Aza Wa Jalla. Seorang ulama berkata. "Apabila kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan disibukkan ia bersama Allah."

Ketahuilah bahwa niat itu bisa membuat baiknya sesuatu dan berharga tinggi. Ajarilah anakmu dengan ilmu tauhid dan diakhiri dengan ilmu yang menjurus ibadah kepada Allah Azza Wa Jalla, karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apapun bagimu dari ketentuanNya. Biasakanlah dirimu, keluargamu, dan anakmu untuk berqana'ah, dan berusahalah agar mereka terbawa oleh taat kepada Allah.

Janganlah kamu mencari kekayaan melalui agama Allah, riya' dengan agamanya, dan bermunafik atas nama agamaNya, seperti perbuatan orang-orang yang munafik. Sifat riya', munafik, dan perbuatan maksiat menjadi sebab kefakiran, kehinaan dan jauh dari pintu Allah Azza Wa Jalla. Orang munafik yang riya' itu mencari dunia dengan kedok agama, bersikap seperti orang saleh padahal ia tidak punya kepandaian tentang hal itu. Ia berbicara seperti orang saleh berbusana seperti mereka tetapi ia tidak beamal seperti amalan mereka. Ia mengaku keturunan orang saleh padahal nasabnya bukan dari mereka.

Wahai para pendusta, berlaku benarlah kamu ! Wahai penjauh dari Tuhan, kembalilah! Tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati. Takutlah kamu kepadaNya dalam keadaan iman, ambillah dunia menurut syarak. Adapun untuk tingkat wali, ambillah melalui kuasa Allah berdasarkan kitab dan sunnah.

Wahai hamba Allah, alangkah memalukan tangismu atas dirimu, karena kamu mengharamkan kebenaran dan taufik. Alangkah memalukan perbuatanmu, hari ini kamu tunduk kepada Allah padahal esok hari kamu berbuat maksiat kembali, hari ini kamu ikhlas dalam beramal, tapi esok hari kamu telah syirik.

Perhatikanlah sabda Nabi Saw :

"Barangsiapa hari-harinya sama, berarti ia tertipu, dan barang siapa hari kemarinnya lebih dari pada hari ini berarti ia tertutup dari rahmat".

Wahai hamba Allah, perangilah hawa nafsumu, bermujahadahlah, mintalah pertolongan dari Tuhammu, karena gelombang samudera hendak mengombang-ambingkan kamu dan akan melemparkan kamu ke pantai. Berdo'alah terus olehmu untuk mencari keterkabulan, mintalah taufik dariNya. Luruskan pencarianmu niscaya kamu lihat pintu memperdekat dirimu dengan-Nya. Kamu mengharap rahmat-Nya mengalir untukmu, mengharap kemuliaan dan cintanya tersebar padamu, demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia normal.

Wahai hamba nafsu, hambat syahwat dan hambat setan, sesungguhnya aku berada dalam kebenaran dan tugasku adalah memutuskan hubungan selain Allah dan penyambung dengannya. Aku tidak akan mengharap pemberianmu, wahai orang munafik, wahai para pendusta, sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan hal ini. Bagaimana aku akan malu kepadamu padahal kamu tidak pernah malu kepada tuhan dan merendahkan diri dari pandanganNya. Perhatikanlah bahwa penyebab utama setiap perbuatan kufur dan munafik adalah sikap pembual yang tidak di susuli tobat atau tidak segera kembali kepadaNya.

Sebagian ulama berkata, bahwa benar itu adalah pedang Allah di bumi Nya, maka tiada sesuatu diletakkan diatasnya kecuali terpotong. Maka kemarilah, karena aku membawa nasehat yang berharga untuk kamu, ingin melurukan dirimu. Sekalipun aku telah mati, maka peganglah nasehatku ini tentu kamu akan memperoleh manfaat dan beruntung. Siapa yang mendustakan nasehatku ini dan membohongi ucapanku dia akan tersiksa di dunia dan di akhirat.

Malik bin Dinar berkata kepada muridnya, "Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan ketentuanNya ats dirimu, dan janganlah kamu menghidupkan nafsu, hawa, tabiat, dan keinginan untuk mempersekutuka-Nya."

Wahai hamba Allah, sebentar lagi kamu akan mati, maka ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang. Kamu menyimpan banyak dosa yang mengakibatkan terkena siksa yang menghinakan. Hatimu terlalu menderita karena cinta dan loba dunia. Maka tinggalkanlah pencarian yang mengniaya dirimu, terimalah apapun yang mempercukup dirimu. Akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu diperoleh, halalnya di hisab, dan haramnya disiksa, tetapi kebanyakan manusia telah lupa siksa dan hisap.

Wahai hamba Allah, jika dunia datang dihadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tentram lepaskan ia, tetapi jangan kamu tangisi penuh keberatan hati. Ikuti kendali hati sehingga hatimu tetap mengamalkan hukum-hukum Allah. Janganlah kamu menjadi orang yang lebih mengutamakan dunia dari pada akhirat, karena hal itu menunjukkan ketololanmu yang amat sangat. Janganlah kamu makan seperti binatang yang sedang makan, tanpa memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa diselidiki, tanpa niat, tanpa pekerja, tak pandang harta itu haram atau subhat. Orang-orang beriman itu hanya makan sesuatu yang diperbolehkan syarak. Para wali dan orang-orang utama itu dalam setiap perbuatannya selal dilandasi hukum syarak. Demikianlah gambaran mereka, seperti yang dikisahkan oleh Allah perihal ashabul kahfi:

"Dan Kami balikkan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri" (QS. Al-Kahfi : 18).

Tiada akan, angan-angan, dan perasaan bagi mereka, mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan mata, secara lahir dan batin. Inilah gambaran orang-orang muqarrabin memejamkan mata hatinya kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apapun kecuali Allah Azza Wa Jalla, tidak dapat mendengar kecuali melalui-Nya. Ya Tuhan kami, fanakkanlah kami kecuali untuk-MU dan temukanlah kami dengan-MU.

"Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka".

Dinukil dari kitab wejangan syekh Abdul Qodir Jailani

Syair Seruling Daud

CAHAYA DI ATAS CAHAYA

pribadi hurriyyah tammah adalah pribadi kaffah
hidup dengan segenggam keyakinan yang utuh
jiwanya penuh dengan hiasan taqwa
pakaian yang tiada pernah terlepaskan

hari ini lembaga suci telah terealisir
benih-benih kalimah haq telah tersebar
engkau tak akan mengenal mereka
meski seharian bergaul dengannya
karena hijab cahaya akhlakul karimah
ketawadu'an baginya jauh dari segala kenikmatan
zuhudnya di tengah keramaian hidup manusia
meski bergelimang harta takkan ada amanah yang tercecer karenanya
hutang-piutang terbereskan seluruhnya
segala amanat tersampaikan
langit dijunjung dalam keridhoan Illahi
bumi dipijak dalam riuhnya perjuangan
dengannya hidup jadi lebih berarti

setiap peristiwa punya makna
keteguhan dalam gelora derita hidupnya
ketenangan dalam kejalanan setiap langkahnya
sehingga ketika semua lampu padam
cahayanya berasal dari keabadian
dengan cahaya itulah dunia terang benderang

laa ilaaha illalloohu wahdah
sodaqo wa'dah wa nashoro 'abdah
wa a'azza jundahu wa hazamal ahzaaba wahdah



Ulama Dan Syekh Sejati #1

manakala ulama dan syekh menjadi pengasuh bagi dirimu
kau kan terbang bebas menuju makrifat
mereka adalah hamba alloh yang rela menjual hidupnya
dan hidup hanya bersama Islam
susurilah bayangnya nanti kan kau raih kemerdekaan dalam jejak masa lalunya

mereka meninggalkan bayang-bayangnya yang menuntun ke arah cahaya matahari Islam
meski ulama dan syekh muncul dari seribu bentuk yang beraneka rupa
namun karena Alloh itu Esa dan Islam pun manhad yang satu

bagaimana fatwa-fatwa mereka, fatwa mereka bisa mendua
taqwa mereka tampil dalam bentuk yang berbeda
tetapi mereka satu dalam makna 2X
dalam dunia terdapat keaneka ragaman makna tujuan mereka seluruhnya sama

ketika sahabat memperoleh hadiah seekor unta
seorang diantaranya tampil sebagai pemotongnya
yang lain mengambil bagian mengelupas kulitnya
sedang yang lain mengambil posisi sebagai juru masaknya

dan Rosulpun bersabda, "Aku pencari kayu bakarnya"
semua itu berbeda dalam bentuk dan aneka tetapi satu dalam makna
melaksanakan tugas yang sama syariat Islam



Jubah Imam

tak ada zaitun yang berbuah tin
begitu pun tak mungkin sebaliknya
terlebih pohon duri tak kan berbuah kelezatan

kalau suatu bangsa bobrok moralnya
bagaimana bisa negeri tegak dan kokoh
kalau generasi rontok oleh maksiat
mungkinkah lahir singa-singa kehidupan

kampiun tak lahir dari kepalsuan opini
ia terdapat ditengah kehidupan
dzahirnya biasa bahkan terkesan hina
dalam hatinya semangat tak kunjung padam

mata-mata buta oleh syahwat dunia
sedang ia tenang dalam kesendirian
pribadinya tak lebih manusia biasa
tapi jiwanya bersama kemerdekaan

ketika ombak kebatilan
menyapu bersih tanpa sisa
tak sedekit pun ia tergores oleh debunya
engkau heran kan kisah ini
ketahuilah ini riel adanya
kegelapanmu tak akan mungkin dapat mencapai cahayanya
bahkan cahayamu berupa syahwat dunia
sedangkan cahaya Alloh cahaya di atas cahaya
itulah pakaianya

Kidung dari Eyang

Ada kidung rumekso ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas
dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun
tidak mau. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat.
guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku.
Segala bahaya akan lenyap.

Semua penyakit pulang ketempat asalnya. Semua

hama

menyingkir dengan
pandangan kasih. Semua senjata tidak mengena. Bagaikan kapuk jatuh
dibesi. Segenap racun menjadi tawar. Binatang buas menjadi jinak.
Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan
sarang merak.

Kandangnya semua badak. Meski batu dan laut mengering. Pada akhirnya
semua slamat. Sebab badannya selamat dikelilingi oleh bidadari, yang
dijaga oleh malaikat, dan semua rasul dalam lindungan Tuhan. Hatiku
Adam dan otakku nabi Sis. Ucapanku adalah nabi Musa.

Nafasku nabi Isa yang teramat mulia. Nabi Yakup pendenganranku. Nabi
Daud menjadi suaraku. Nabi Ibrahim sebagai nyawaku. Nabi sulaiman
menjadi kesaktianku. Nabi Yusuf menjadi rupaku. Nabi Idris menjadi
rupaku. Ali sebagai kulitku. Abubakar darahku dan Umar dagingku.
Sedangkan Usman sebagai tulangku.

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia. Siti Aminah sebagai
kekuatan badanku. Nanti nabi Ayub ada didalam ususku. Nabi Nuh
didalam jantungku. Nabi Yunus didalam otakku. Mataku ialah Nabi
Muhamad. Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa. Maka
lengkaplah semua rasul, yang menjadi satu badan.

Note :
ini kidung eyang yg sangat menarik,
terlepas dari sisi magis yg "katanya" itu......
saya lebih tertarik pada ajaran keteladanan
dalam setiap maqom spiritual para utusan
yang harus kita "ejawantahkan"
dlm setiap sisi diri kita...
didalam setiap makna itu,
menyimpan muatan dimensi batin yg
lebih dalam dari sekedar pemahaman harfiahnya

semoga bermanfaat....

Selasa, 13 Mei 2008


Logo TPA