Rabu, 14 Mei 2008

MENGHILANGKAN DUNIA DARI HATI

Seorang santrinya Syekh Abdul Qodir Zaelani bertanya, "Bagaimanakah caranya aku menghilangkan kecintaan dunia dari hatiku wahai Syekh Abdul Qodir? Maka belia As-Syekh Abdul Qodir menjawab, "Perhatikanlah olehmu akan kegoncangan-kegoncangan orang-orang yang memiliki banyak harta mengapa kamu terpedaya kepada dunia, menuhankan harta, kemudian mendaki dari satu tingkat ke tingkat yang lain kau menginginkan kedudukanmu menjadi terpandang di mata manusia dan berongkang-ongkang di hadapan para manusia untuk memperlihatkan harta dan kekayaan dan keajaiban-keajaibannya, padahal pada suatu ketika mereka bergelanyut atas kedudukannya, apabila mereka sudah tertutup, terpendam, dan terlempar dari belenggu ketinggian derajat di atas tempat-tempat fital mereka, maka menyebabkan kehancuran, kegoncangan dan keterputusaan mereka, sedang belenggu itu berhenti sambil menertawakan dan iblis berada di sisinya sambil tertawa terbahak-bahak, mengejeknya.

Begitulah sikap dan tingkah laku sebagian besar pemimpin dan orang-orang kaya sejak zaman Nabi Adam a.s. sampai hari kiamat tiba. Dengan demikian mereka itu diangkat kemudian dijatuhkan, didahulukan lalu kemudian ditarik jauh ke belekang, dikayakan kemudian dimiskinkan, didekatkan lalu dijauhkan.

Wahai orang yang bertanya, kalau kamu memandang sesuatu dengan mata hatimu sampai batas keburukan dunia, tentu kamu akan mampu mengeluarkan keduniaan dari hati. Tetapi apabila kamu memandang dunia, dengan mata kepalamu tentu kamu akan terpedaya dan tertipu oleh warna warni yang menghias keburukannya, akhirnya kamu pandang indah dan menyenangkan dunia itu, sudah barang tentu kamu tidak akan mampu mengusir rasa cinta dunia dari hatimu, padahal dunia itu membunuhmu seperti para pembunuh. Apabila kamu merasa tentram niscaya dirimu akan mampu melihat keburukan dunia dan kamu bisa menerapkan hidup zuhud, bersifat Qana'ah. Bila ketentraman jiwa telah tercipta baru kamu bisa bersandar pada hati dan ketenangannya.

Wahai orang beriman, jagalah keimanan dan kebenaranmu. Janganlah kamu membual dihadapan para 'Ulama. Jangan kamu kontra dengan beliau-beliau, karena beliau-beliau itu para penguasa di dunia dan di akhirat, mereka itu penguasa yang dekat sekali dengan Allah, maka beliau-beliau itu mampu menguasai keberadaan itu. Dalam arti bahwa para Ulama' itu bisa mengatur dunia ini sehingga beliau-beliau itu tidak terpedaya oleh tipu dayanya dunia, para ulama' itu sama mengetahui mana yang mendatangkan bahaya dan mana yang mendatangkan manfaat karena para ulama itu adalah orang-orang yang berilmu dan mau mengamalkan ilmunya, dan beliau-beliau itu selalu mendapatkan bimbingan Allah Azza Wa Jalla. Taatlah kamu terhadap seruan-seruan mereka karena mereka itu pewaris para Nabi dan pewaris Nabi Muhammad Saw.

Allah telah memberi kecukupan hati mereka, memenuhinya dengan taqarrub kepadaNya. Wahai hamba Allah, Allah Ta'ala adalah Maha Pelaksana atas segala hal yang dikehendaki. Dan ingatlah selalu bahwa : sifat-sifat orang munafiq itu apabila berbicara suka membual, berdusta, jika berjanji tidak ditepati, dan jika dipercaya selalu berkhianat. Barang siapa yang terlepas dari sifat-sifat ini maka sungguh dia itu terlepas dari sifat-sifatnya orang-orang munafiq.

Maka iniah perbedaan antara orang mukmin dengan orang munafiq.

Perhatikanlah perbedaan ini, pandanglah dengan mata hatimu, kemudian lihatlah apakah dirimu termasuk yang mukmin atau temasuk orang munafik, termasuk orang yang bertauhid atau termasuk orang musyrik.

Dunia ini berisi banyak fitnah, kecuali dunia yang diambil dengan niat yang baik, yang dipergunakan semata-mata untuk tujuan mengabdi kepadaNya, untuk menjalankan perintahNya. Seperti untuk membangun masjid, untuk bersedekah, untuk membantu fakir miskin, memberi makan anak-anak yatim dan lain-lain. Apabila dirimu telah berniat dalam pengembaraan di dunia maka jadikanlah akhirat sebagai ni'mat dalam hatimu dan rasa syukur ke hadirat Allah. Genggamlah ni'mat Allah dengan rasa syukur kepadaNya. Syukur kepada Allah Azza Wa Jalla adalah dengan mensyukuriNya. Adapun syukur kepada Allah itu ada dua macam:

Pertama : Minta tolong dengan ni'mat atas ketaatan serta menolong orang-orang fakir dengan keni'matan

Kedua : Mengakui pemberian nikmat dan mensyukuri kepada yang menurunkan ni'mat yaitu Allah SWT. Allah Azza WA Jalla telah memberikan berbagai macam ni'mat kepada ummat manusia, yang berupa hidayah dan berupa rizki. Nikmat Allah yang paling besar adalah nikmat yang berupa hidayah, yaitu petunjuk kepada kebenaran, ni'mat iman dan Islam. Karena dengan adanya berupa hidayah inilah manusia bisa mensyukuri atas semua ni'mat yang berupa rizki akan selalu disyukuri, dipergunakan guna menolong orang-orang fakir miskin, digunakan untuk berjuang di jalan Allah SWT. Sebaliknya kalau manusia menelantarkan ni'mat hidayah yang telah diberikan kepadanya maka ni'mat yang berupa rizki yang diberikan kepadanya itu sebagai siksa terhadap dirinya karena dengan adanya rizki itu bukan menambah taatnya kepada Allah, justru menambah jauhnya dari Allah. Nikmat hidayah adalah Islam, yang terdapat syariat di dalamnya, dan manusia telah memperoleh nikmat ini dan telah mengakuinya sejak masih dalam kandungan ibunya. Maka apabila ni'mat ini ditelantarkan dan tidak dibina dengan baik maka akan rusak ni'mat yang agung ini, dan akan menyebabkan rusaknya seluruh ni'mat yang diberikan kepadanya. Harta bendanya bukan untuk kebaikan, tetapi digunakan untuk mengerjakan perbuatan jahat dan ma'siat, kesehatannya tidak pernah disyukuri malah untuk berfoya-foya berkeliaran di muka bumi ini dengan berlumuran dosa. Umurnya bukan untuk mengabdi kepada Allah Azza Wa Jalla, malah dipergunakan untuk menentangnya. Semua ini disebabkan sirnanya iman dan hati, karena tidak dirawat dengan baik. Sebagian ulama' berkata: "Setiap perkara yang menyibukkan untuk Allah akan bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalau dirimu disibukkan oleh sesuatu yang tertuju kepadaNya maka kamu akan memperoleh keuntungan pula. Seperti : Sholat, puasa, haji dan semua perbuatan baik lainnya. Maka setiap perbuatan baik itu membawa keuntungan". Sebaliknya setiap perbuatan ma'siat, dusta, berbuat kekejian, ingkar janji, khianat, dan semua kema'siatan yang kamu lakakukan, semua itu akan mendatangkan kehancuran bagimu. Kamu berkata "Allah Maha Besar" sedang kamu berdusta hatimu tidak sejalan dengan lisanmu, perbuatanmu tidak sesuai dengan perkataanmu. Maka bertaubatlah kamu kepada Allah sepenuh hati. Apabila kamu mengucapkan LAA ILLAHAILLALLAH (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah) maka janganlah kamu menuhankan makhluq, mintalah kepada Allah karena Allah dekat sekali kepadamu.

Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla amat dekat denganmu, bahkan lebih dekat daripada urat lehermu, maka mohonlah kepadaNya dengan merendahkan diri, dengan hati yang suci, mohonlah ampunanNya dari segala perbuatan dosa, maka Allah akan mengabulkannya.

Wahai orang yang berilmu, bila qona'ahmu terletak dalam nama tanpa disertai dengan amal, manalah mungkin akan bisa membawa manfaat bagi dirimu. Bila kamu mengatakan "Aku orang alim" sedang kamu tetap berdusta, maka mungkin ilmumu manfaat bagimu. Bagaimanakah kamu rela menelantarkan jiwamu sendiri, sedang orang lain kamu perintahkan berbuta baik.

Tidakkah kamu ingat akan kecaman Allah dalam Al-Qur'anul Karim?

"Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?." (QS. Ash:-Shaf :2).

Celakalah kamu! Kamu perintahkan manusia agar supaya berbuat baik tapi dirimu sendiri berdusta. Kamu perintah manusia untuk bertauhid kepada Allah tapi kamu sendiri musyrik. Kamu perintah manusia agar ikhlas ber'amal tapi kamu sendiri senang riya' dan munafik, kamu ingin selalu dipuji bila beramal. Kamu memerintahkan kepada orang lain agar meninggalkan ma'siat tetapi kamu sendiri gandrung mengerjakan kema'siatan. Benar-benar telah lenyap sifat malu dari matamu, walaupun kamu mengatakan iman, ternyata kamu tak punya rasa malu, maka dimana letak keimananmu itu. Tidakkah Rasulullah Saw. telah menjelaskan dalam sabdanya

"Malu itu adalah sebagian daripada iman."

Kalau kamu tak punya rasa malu, maka tiada iman bagimu, tiada yakin dan tiada amanat bagimu. Kamu sembunyikan ilmu maka amalanmu lenyap, bahkan kamu dicatat oleh Allah sebagai penghianat. Adapun obat mujarab bagi dirimu tiada lain adalah taqwa dan bertaubat kepada Allah SWT. Barang siapa yang imannya bersih, tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka selamatlah setiap urusannya.

Jangan kamu syirik kepada Allah, jangan kamu menyamakan benda itu dengan Allah, jika kamu bisa terbebas dari syirik itu. Niscaya semua tindakan yang kamu lakukan akan selamat dari bencana, selanjutnya akan bertambah keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Wahai hamba Allah, iman kepada Allah, iman kepada Rasulullah kedua adalah menjadi landasan permasalahan ini. Islam dan beriman lalu bertindak menurut Kitab Allah dan sunnah RasulNya, dengan ikhlas dalam beramal, yang dibarengi pula dengan tauhid qalbi adalah suatu konsep untuk mencapai Islam dan Iman sempurna. Orang beriman dengan mengerjakan amal saleh dengan ikhlas dalam beramal maka pelaksanaan amaliahnya itu lepas dari dunia, sehingga tak henti-hentinya ia berjuang melawan nafsu beserta segala keberadaan ini. Orang-orang seperti ini akan memperoleh petunjuk dari Allah Al-Haq kepada jalan-Nya.

Sebagaimana firman-Nya.

"Orang-orang yang berjuang untuk kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami".

(QS. Al-Mukminum : 69).

Oleh karena itu, jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal apapun, relakan ketentuan Allah yang mengolah dirimu dalam ketentuan-Nya, jika kamu ikut qadar niscaya teralih pada kekuasaanNya. Sangat berbahagia orang yang tidak bergeming dari ketentuan Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan ketentuan Allah, maju bersama ketentuan Allah, dan tidak kufur atas nikmat yang ditentukan Allah. Adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah : taqarrub kepadaNya dan bekerja bersama-Nya jika hati seorang hamba telah akrab dengan Tuhan, tentu ia merasa kaya dan tidak membutuhkan kepada makhluk, bahkan ia diperdekat, dan diberi penguasaan oleh Allah Azza Wa Jalla firmanNya:

"Sesungguhnya kamu hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kamu".

(QS. Yusuf : 54).

Pemberian kuasa dalam kerajaannya seperti yang dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s. Maka urusan kerajaan berada di tangan Yusuf, sehingga hal itu mengangkut Yusuf sebagai orang terpercaya dan penguasa lubung negara.

Demikianlah gambaran hati jika telah bersih nampaklah perangai terpuji dan hatinya suci dari selain Allah. Sedangkan jujur untuk mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena menggunakan ilmu lahir saja tidak mungkin dapat mengubah kebathilan, bahkan dapat menyebabkan suatu kemalasan untuk tunduk kepada Allah Azza Wa Jalla, yang menyebabkan dirimu di uji dengan siksa.

Nabi Saw. Bersabda:

"Apabila seorang hamba malas dalam beramal, niscaya Allah Azza Wa Jalla mengujinya dengan rasa duka cita".

Siapa pun yang beramal, maka akan memperoleh cobaan dari Allah berupa duka cita, kegoncangan, dan kesusahan. Ujian itu mungkin berupa surutnya rezeki sehingga hatinya ragu dan susah, dan ujian duka cita itu menetap dalam hatinya, sehingga apapun yang dihadapinya itu selalu dihantui oleh perasaan susah dan goncang, hatinya tidak tenang, perasaannya selalu pesimis dan selalu dihantui perasaan kurang, kurang baik, kurang banyak, kurang cantik, kurang sempurna, dan perasaan goncang seperti itu karena malas beramal dan sedikitnya melakukan ketaatan kepada Allah Azza Wa Jalla.

Allah Ta'ala berfirman:

"Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu bersyukur dan beriman". (QS. An Nisa : 147).

Siapapun tidak diperbolehkan mengharapkan kepada Allah untuk mengubah ketentuanNya, karena ketentuan Allah terhadap hambaNya itu atas kehendak Allah dan hanya Allah yang mengetahuai rahasianya, maka dengan datangnya ketentuan dari Allah itu manusia harus menerimanya dengan lapang bersabar jika ketentuan itu dirasa kurang menyenangkan, dan bersyukur jika ketentuan itu menyenangkan.

Perhatian firman Allah:

"Dan tidak ditanya tentang apa yang diperbuatnya, dan merekalah yang akan ditanya". (QS. Al-Anbiya : 23).

Celaka, sampai kapan kamu mempersibuk dirimu dan sibuk mengurusi keluargamu, sampai lupa mengabdi kepada Allah Aza Wa Jalla. Seorang ulama berkata. "Apabila kamu mengajar anakmu maka sertakan niat dan disibukkan ia bersama Allah."

Ketahuilah bahwa niat itu bisa membuat baiknya sesuatu dan berharga tinggi. Ajarilah anakmu dengan ilmu tauhid dan diakhiri dengan ilmu yang menjurus ibadah kepada Allah Azza Wa Jalla, karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apapun bagimu dari ketentuanNya. Biasakanlah dirimu, keluargamu, dan anakmu untuk berqana'ah, dan berusahalah agar mereka terbawa oleh taat kepada Allah.

Janganlah kamu mencari kekayaan melalui agama Allah, riya' dengan agamanya, dan bermunafik atas nama agamaNya, seperti perbuatan orang-orang yang munafik. Sifat riya', munafik, dan perbuatan maksiat menjadi sebab kefakiran, kehinaan dan jauh dari pintu Allah Azza Wa Jalla. Orang munafik yang riya' itu mencari dunia dengan kedok agama, bersikap seperti orang saleh padahal ia tidak punya kepandaian tentang hal itu. Ia berbicara seperti orang saleh berbusana seperti mereka tetapi ia tidak beamal seperti amalan mereka. Ia mengaku keturunan orang saleh padahal nasabnya bukan dari mereka.

Wahai para pendusta, berlaku benarlah kamu ! Wahai penjauh dari Tuhan, kembalilah! Tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati. Takutlah kamu kepadaNya dalam keadaan iman, ambillah dunia menurut syarak. Adapun untuk tingkat wali, ambillah melalui kuasa Allah berdasarkan kitab dan sunnah.

Wahai hamba Allah, alangkah memalukan tangismu atas dirimu, karena kamu mengharamkan kebenaran dan taufik. Alangkah memalukan perbuatanmu, hari ini kamu tunduk kepada Allah padahal esok hari kamu berbuat maksiat kembali, hari ini kamu ikhlas dalam beramal, tapi esok hari kamu telah syirik.

Perhatikanlah sabda Nabi Saw :

"Barangsiapa hari-harinya sama, berarti ia tertipu, dan barang siapa hari kemarinnya lebih dari pada hari ini berarti ia tertutup dari rahmat".

Wahai hamba Allah, perangilah hawa nafsumu, bermujahadahlah, mintalah pertolongan dari Tuhammu, karena gelombang samudera hendak mengombang-ambingkan kamu dan akan melemparkan kamu ke pantai. Berdo'alah terus olehmu untuk mencari keterkabulan, mintalah taufik dariNya. Luruskan pencarianmu niscaya kamu lihat pintu memperdekat dirimu dengan-Nya. Kamu mengharap rahmat-Nya mengalir untukmu, mengharap kemuliaan dan cintanya tersebar padamu, demikianlah tujuan yang dikehendaki manusia normal.

Wahai hamba nafsu, hambat syahwat dan hambat setan, sesungguhnya aku berada dalam kebenaran dan tugasku adalah memutuskan hubungan selain Allah dan penyambung dengannya. Aku tidak akan mengharap pemberianmu, wahai orang munafik, wahai para pendusta, sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan hal ini. Bagaimana aku akan malu kepadamu padahal kamu tidak pernah malu kepada tuhan dan merendahkan diri dari pandanganNya. Perhatikanlah bahwa penyebab utama setiap perbuatan kufur dan munafik adalah sikap pembual yang tidak di susuli tobat atau tidak segera kembali kepadaNya.

Sebagian ulama berkata, bahwa benar itu adalah pedang Allah di bumi Nya, maka tiada sesuatu diletakkan diatasnya kecuali terpotong. Maka kemarilah, karena aku membawa nasehat yang berharga untuk kamu, ingin melurukan dirimu. Sekalipun aku telah mati, maka peganglah nasehatku ini tentu kamu akan memperoleh manfaat dan beruntung. Siapa yang mendustakan nasehatku ini dan membohongi ucapanku dia akan tersiksa di dunia dan di akhirat.

Malik bin Dinar berkata kepada muridnya, "Jika kamu ingin mengenal Allah, maka relakan ketentuanNya ats dirimu, dan janganlah kamu menghidupkan nafsu, hawa, tabiat, dan keinginan untuk mempersekutuka-Nya."

Wahai hamba Allah, sebentar lagi kamu akan mati, maka ratapilah jiwamu sebelum diratapi orang. Kamu menyimpan banyak dosa yang mengakibatkan terkena siksa yang menghinakan. Hatimu terlalu menderita karena cinta dan loba dunia. Maka tinggalkanlah pencarian yang mengniaya dirimu, terimalah apapun yang mempercukup dirimu. Akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu diperoleh, halalnya di hisab, dan haramnya disiksa, tetapi kebanyakan manusia telah lupa siksa dan hisap.

Wahai hamba Allah, jika dunia datang dihadapanmu sedang hatimu melihatnya tidak tentram lepaskan ia, tetapi jangan kamu tangisi penuh keberatan hati. Ikuti kendali hati sehingga hatimu tetap mengamalkan hukum-hukum Allah. Janganlah kamu menjadi orang yang lebih mengutamakan dunia dari pada akhirat, karena hal itu menunjukkan ketololanmu yang amat sangat. Janganlah kamu makan seperti binatang yang sedang makan, tanpa memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa diselidiki, tanpa niat, tanpa pekerja, tak pandang harta itu haram atau subhat. Orang-orang beriman itu hanya makan sesuatu yang diperbolehkan syarak. Para wali dan orang-orang utama itu dalam setiap perbuatannya selal dilandasi hukum syarak. Demikianlah gambaran mereka, seperti yang dikisahkan oleh Allah perihal ashabul kahfi:

"Dan Kami balikkan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri" (QS. Al-Kahfi : 18).

Tiada akan, angan-angan, dan perasaan bagi mereka, mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan mata, secara lahir dan batin. Inilah gambaran orang-orang muqarrabin memejamkan mata hatinya kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apapun kecuali Allah Azza Wa Jalla, tidak dapat mendengar kecuali melalui-Nya. Ya Tuhan kami, fanakkanlah kami kecuali untuk-MU dan temukanlah kami dengan-MU.

"Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka".

Dinukil dari kitab wejangan syekh Abdul Qodir Jailani

2 komentar:

wiwit mengatakan...

masihkah seperti dulu?

wiwit mengatakan...

masihkah seperti dulu?